Kecerdasan Adversitas atau bisa disebut sebagai Adversity Quotient (AQ) adalah kemampuan untuk bertahan ditengah-tengah halangan dan rintangan dan mengubahnya menjadi peluang (Stolt,2007). Kecerdasan adversitas merupakan faktor yang paling penting dalam meraih kesuksesan. Menurut Stolzt (2000) suksesnya pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh adversity quotient. Selain itu AQ juga meramalkan kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pengetahuan, energi, pengharapan, kebahagian, vitalitas dan kegembiraan, kesehatan emosional, kesehatan jasmani, ketekunan, daya tahan, perbaikan sedikit demi sedikit, tingkah laku, umur panjang, respon terhadap perubahan.
      Peran adversity quotient dalam kehidupan menurut Stolzt (1999) adalah sebagai berikut:
1.   Daya Saing
     Seligman dan Satterfield menemukan bahwa reksi adversitas yang lebih optimal akan lebih membuat agresif dan berani mengambil resiko , tetapi jika reaksi pesimis terhadap adversitas akan lebih pasif. Orang yang berespon konstrukstif terhadap adversitasnya akan lebih dapat mempertahankan energi, fokus dan kesuksesanya. Namun ketika seorang berespon dektruktif akan membuat kehilangan semangat atau berhenti berusaha. Kompetisi akan memuculkan harapan, kelincahan dan kesenangan yang tinggi dimana akan menjadi pengaruh yang besar pada kehidupan.
2.   Produktivitas
     Dalam penelitiannya di  Metropolitan Life Insurance Company,  Seligman membuktikan bahwa orang yang tidak merespon kesulitan dengan baik akan kurang berproduksi dan kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik.
3.   Kreatifitas
     Inovasi pada pokoknya merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan. Inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada dapat menjadi ada. Menurut Barker (Stolzt, 2000), kreatifitas juga muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreatifitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang tidak pasti.
4.   Motivasi
     Penelitian yang dilakukan Stolzt menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi kuat akan berupaya menyelesaikan dengan menggunakan segenap potensi.
5.   Mengambil resiko
     Penelitian yang dilakukan Satterfield dan Seligman  menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai  AQ tinggi lebih berani mengambil resiko dari tindakan yang dilakukan. Hal itu dikarenakan seseorang dengan  adversity quotient AQ tinggi merespon kesulitan secara lebih konstruktif.
6.   Perbaikan 
     Seseorang dengan AQ yang tinggi senantiasa berupaya mengatasi kesulitan dengan langkah maju dan melakukan perbaikan. Stolzt menemukan bahwa orang-orang yang memiliki AQ lebih tinggi menjadi lebih baik. Sedangkan orang-orang yang AQ nya lebih rendah menjadi lebih buruk.
7.   Ketekunan
     Ketekunan adalah kemampuan untuk terus berusaha. Seseorang yang merespon buruk ketika berhadapan dengan kesulitan, maka ia akan mudah menyerah. AQ menentukan keuletan yang dibutuhkan untuk bertekun.
8.   Belajar 
     Menurt Carol Dweck  membuktikan bahwa anak-anak yang  merespon secara optimis akan banyak belajar dan lebih berprestasi dibandingkan dengan anak- anak yang memiliki pola pesimistis. 
9.   Merangkul perubahan
     Penelitian Stozlt menemukan bahwa orang-orang yang memeluk perubahan cenderung mnerespon kesulitan secara lebih konstruktif.
10.  Keuletan, Stress, Tekanan, dan Kemunduran
      Psikolog anak Emmy Werner menemukan anak-anak yang ulet adalah perencana yang mampu menyelesaikan masalah dan mereka yang bisa memanfaatkan peluang.
Sumber : Stolzt,P. 1999. Adversity Quotient Faktor Paling Penting Meraih Sukses. Cetakan 7.Jakarta: PT. Grasindo