Jumat, 18 Oktober 2013
KECERDASAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH (AQ) INDIVIDU
Kecerdasan Adversitas
atau bisa disebut sebagai Adversity
Quotient (AQ) adalah kemampuan untuk bertahan ditengah-tengah halangan dan
rintangan dan mengubahnya menjadi peluang (Stolt,2007). Kecerdasan adversitas
merupakan faktor yang paling penting dalam meraih kesuksesan. Menurut Stolzt (2000)
suksesnya pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh adversity quotient. Selain itu AQ juga meramalkan kinerja,
motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pengetahuan, energi,
pengharapan, kebahagian, vitalitas dan kegembiraan, kesehatan emosional,
kesehatan jasmani, ketekunan, daya tahan, perbaikan sedikit demi sedikit,
tingkah laku, umur panjang, respon terhadap perubahan.
Peran adversity
quotient dalam kehidupan menurut Stolzt (1999) adalah sebagai berikut:
1. Daya
Saing
Seligman dan Satterfield menemukan bahwa
reksi adversitas yang lebih optimal akan lebih membuat agresif dan berani
mengambil resiko , tetapi jika reaksi pesimis terhadap adversitas akan lebih
pasif. Orang yang berespon konstrukstif terhadap adversitasnya akan lebih dapat
mempertahankan energi, fokus dan kesuksesanya. Namun ketika seorang berespon
dektruktif akan membuat kehilangan semangat atau berhenti berusaha. Kompetisi
akan memuculkan harapan, kelincahan dan kesenangan yang tinggi dimana akan
menjadi pengaruh yang besar pada kehidupan.
2. Produktivitas
Dalam penelitiannya di Metropolitan Life Insurance Company, Seligman membuktikan bahwa orang yang tidak
merespon kesulitan dengan baik akan kurang berproduksi dan kinerjanya lebih
buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik.
3. Kreatifitas
Inovasi pada pokoknya merupakan tindakan
berdasarkan suatu harapan. Inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang
sebelumnya tidak ada dapat menjadi ada. Menurut Barker (Stolzt, 2000),
kreatifitas juga muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreatifitas
menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang
tidak pasti.
4. Motivasi
Penelitian yang dilakukan Stolzt
menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat mampu menciptakan
peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi kuat akan berupaya
menyelesaikan dengan menggunakan segenap potensi.
5. Mengambil
resiko
Penelitian yang dilakukan Satterfield dan
Seligman menunjukkan bahwa seseorang
yang mempunyai AQ tinggi lebih berani mengambil resiko dari tindakan yang
dilakukan. Hal itu dikarenakan seseorang dengan
adversity quotient AQ tinggi
merespon kesulitan secara lebih konstruktif.
6. Perbaikan
Seseorang dengan AQ yang tinggi senantiasa berupaya mengatasi kesulitan dengan
langkah maju dan melakukan perbaikan. Stolzt menemukan bahwa orang-orang yang
memiliki AQ lebih tinggi menjadi lebih baik. Sedangkan orang-orang yang AQ nya
lebih rendah menjadi lebih buruk.
7. Ketekunan
Ketekunan adalah kemampuan untuk terus
berusaha. Seseorang yang merespon buruk ketika berhadapan dengan kesulitan,
maka ia akan mudah menyerah. AQ menentukan keuletan yang dibutuhkan untuk
bertekun.
8. Belajar
Menurt Carol Dweck membuktikan bahwa anak-anak yang merespon secara optimis akan banyak belajar
dan lebih berprestasi dibandingkan dengan anak- anak yang memiliki pola
pesimistis.
9. Merangkul
perubahan
Penelitian Stozlt menemukan bahwa
orang-orang yang memeluk perubahan cenderung mnerespon kesulitan secara lebih
konstruktif.
10. Keuletan, Stress, Tekanan, dan Kemunduran
Psikolog anak Emmy Werner menemukan anak-anak
yang ulet adalah perencana yang mampu menyelesaikan masalah dan mereka yang
bisa memanfaatkan peluang.
Sumber : Stolzt,P. 1999. Adversity Quotient Faktor Paling Penting Meraih Sukses. Cetakan 7.Jakarta: PT. Grasindo
Sumber : Stolzt,P. 1999. Adversity Quotient Faktor Paling Penting Meraih Sukses. Cetakan 7.Jakarta: PT. Grasindo
0 komentar:
Posting Komentar