Parent–Child Interaction
Therapy: A Manualized
Intervention For The Therapeutic Child Welfare Sector
Penulis : Rae Thomas,
Amy D. Herschell. Tahun 2013
Kasus:
Sarah adalh ibu single
dari 3 anak laki-laki yang berumur 3,5, dan 6 tahun. Dia dilihat telah
melakukan kekerasan anak setelah infestigasi disiplin fisik. Kemudian dia
dirujuk untuk dibawa ke layanan intervensi tersier untuk orang tua. Setelah diobservasi, ternyata sarah mendapat
kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya, dia mengalami kesulitan keuangan,
perasaan tidak mampu sebagai orang tua, strategi disiplin yang terbatas, dan frustasi dengan pengasuhan anak
bungsunya (John).
Sarah melaporkan bahwa
John memiliki eringai yang tantrum yang tidak diketahui penyebabnya sehingga
dia agresif pada saudara-saudarnya. Dia
pernah akan memukul dan mecaci maki saudaranya ketika terdapat masalah atau
jika tidak mampu memilki cara dalam menghadapi sesuatu. John dilaporkan menjadi
agresif di tempat penitipan anak. Sarah melaporkan dia tidak mengetahui bagaiman
menangani keagresifan dari John dan dia akan memukul dan menyeret John ke
kamarnya. Kadang-kadang terjadi atau tidak. Sarah melaporkan merasa tidak
berdaya pada peranya sebagai orang tua dan mengidentifikasi perilku John
sebagai teratmen utama.
PCIT adalah pengembangan untuk keluarga dengan
anak yang berusia 3-7 tahun dengan krietria klinis mengalami masalah perilaku . PCIT juga merupakan
Evidence Based Traetment (EBT) untuk keluarga dengan anak yang memilki
pengalaman kekerasan fisik.PCIT menggambarkan 2 model yang menawarkan strategi
untuk mendukung hubungan orang tua dan anak yang positif serta mengatur tingkah
laku yang menganggu.
PCIT memliki 2 tahapan
yaitu Child Directed Interaction
(CDI) and Parent
Directed Interaction (PDI). Masing-masing fase mengajarkan pada
orang tua keterampilan komunikasi untuk memelihara hubungan yang postif antara
orang tua dan anak dan perbedaan
strateginya pada reinforrcemen . Persamaan dengan terapi pada orang tua yang
lain adalah terdapat sesi mendidik yang didesain untuk mengajarkan keterampilan
khusus orang tua. Keunikan dari aspek PCIT adalah sesi pelatihan langsung yang berfokus pada treatment sisa. Sesi
pelatihan menyediakan orang tua dengan umpan balik yang segera dan pengulangan
implementasi keterampilan. Kemajuan dari
PCIT berdasarkan pada pengkajian mingguan dan transisi dari CDI ke PDI muncul
ketika sebelum menentukan keterampilan pada fase pertama dicapai. Rata-rata
lama treatmen adalah 12 sampai 16 minggu.
Pengakajian mingguan
didasarkan pada pengukuran yang lengkap pada masing-masing sesi untuk memonitor
tingkah laku anak keterampilan orang tua. Monitoring dan koding dari
keterampilan orang tua diambil pada saat sesi pengkajian yang dilakukan sebelum dan sesudah treatmen
mingguan selama 5 menit pertama dari masing-masing sesi.. Treatmen dilengakpi
ketika orang tua dengan sukses dan teratur dapat mengusai kriteria dari fase
CDI dan PDI , ketika tingkah laku anak masih dalam batas normal serta orang tua
mengekspresikan pemahaman terhadap perubahan kepemilikanya dan peran di dalam
sisitem keluarga.
Dua bagian penting
dalam proses pengkajiian PCIT untuk
menyesuain pengobatan. Pertama orang tua dan anak akan selama 25 menit bermain
scenario yang kemudian akan diidentifikasi kelemahan dan kekuatanya oleh
terapi. Pengamatan dilakukan pada keterampilan orang tua dan juga respon pada
anak. Pengamatan ini merupakan konseptualisasi masalah terapis dan akan
didiskusikan bersama dengan orang tua. Kedua orang tua diundang untuk membangun
tujuan yang spesifik bagi dirinya dan anaknya. Kebutuhan diidentifikasi melalui
observasi terapi dan juga bentuk tujuan
orang tua yang mendasari teknik pelatihan pada masing-masing keluaga dan
kemudian akan dibahas kembali oleh PCIT.
Sarah melaporkan
sebagai seorang tua yang menemukan masalah tingkah laku anaknya yang bernama
John dan dia merasa tidak mampu untuk menangani secra sensitive. Selama
pengkajian awal sarah dan john diminta bermain bersama sekitar 25 menit, 10
menit pertama sarah diminta untuk mengikuti permainan John, 5 menit digunakan untuk periode
pemanasan dan 5 menit untuk dicodekan.
Sarah diminta untuk melakukan kegiatan dengan hangat dan sensitif . dia
mengikuti langkah tersebut hingga tertawa namun gangguan itupun muncul dan yang
membuat dia melihat ruangan dan tidak bias focus pada permainan. Dia bertanya
pada John sebanyak 20 pertanyaan dalam waktu 5 menit. Sesudah itu 10 menit ganti bermain peran
dengan mengikuti aturan orang tua, 5 menit pertama untuk pemanasan 5 menit
berikutnya untuk pengkodean. Sarah membuat perbedaan dengan melembutkan suara
dan ragu-ragu nadanya. Setelah permainan selesai sarah diminta untuk membirakan
John bermain bersama dengan permainanya. Secara konseptualisasi sarah yang
memeberikan banyak pertanyaan akan membuat focus untuk menjawab dan bertanya.
Sarah juga kurang memuji atas tindakan yang dilakukan oleh John. Ketika terapi
dia dapat tertawa dan tersenyum tetapi hanya berlangsung tidak lama.
Tahap 1 PCIT : CDI
Berfokus pada mengatur
keterampilan dari tingkah laku pada orang tua dan teknik kmunikasi (yang
dikenal sebagai keterampilan PRIDE) untuk memperkuat hubungan orang tua dan
anak. Secara khusus orang tua akan
diajari untuk melakukan pujian yang
positif terhadapa perilaku anak yang positif sehingga membuat perilaku anak
yang social dan ynag diinginkan. Pernyataan anak akan menjadi keterampilan
mendengarkan, meniru dan menggambarkan permainan anak untuk meningkatkan harga
diri anak dan menikmati permainan yang dapat menciptakan kretivitas yang
positif. Orang tua diaajari untuk tidak menggunakan pernyataan yang bertanya,
memerintah, kritik. Anak-anak dalam PCIT adalah anak yang patuh dan agresif.
Orang tua diajarkan untuk tetap tidak terlibat dengan anak sementara anak terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan kecil yang akan biasanya "umpan" orangtua dan menghasilkan reaksi (misalnya, berbicara agak kasar, menyambar), dan untuk membatasi penggunaan
mengendalikan bermain dengan mempertanyakan, menginstruksikan, atau mengkritik anak ketika bermain. Tujuan dari strategi ini adalah untuk membangun
hubungan yang
positif dan hangat antara anak dan orang tua, memberikan praktik orang tua dalam pengelolaan perilaku yang efektif,
mengajarkan
pada orang tua terhadap perilaku yang akan hilang jika anda tidak bereaksi dan
mengizinkan anak untuk memimpin interaksi. Teknik management perilaku berfokus
pada tingkah laku positif daripada negatif
anak. Anak perlu diberikan pujian dan perhatian pada kenakalanya.
Penerapan dalam kasus :
Tujuan dari CDI pada
kasus adalah untuk meningkatkan peritiwa positif ketika bermain antara John dan
Sarah . Sarah memiliki keterbatasan untuk dapat dipatuhi dan memberikan pujian
pada John, ini berdasarkan hasil pengkajian pengamatan. Salah satu tujuanya adalah untuk meningkatkan
keterampilan PRIDE dan mengurangi
pertanyaan kontrolnya dan instruksi
untuk menciptakan lingkungan yang penuh hormat dan menunjukkan pujian untuk
meningkatkan tingkah laku complain anak.
Dengan
mencerminkan pernyataan dan meniru dramanya, Sarah menunjukkan kepada John
bahwa dia sedang mendengarkan, tertarik komentarnya dan berpikir ide-ide yang
layak ditiru. Ketika meningkatkan refleksi dan deskripsi , John memprakarsai
interaksi yang lebih bersma ibunya.
Pada
sesi CDI 2 karena ketidakpatuhan dan usia yag masih muda dia mebanting mainanya
di atas meja, sambil melihat wajah Sarah serta melihat bagiamana respon ibunya.
Ibunya diminta untuk menagbaikan tingakh laku anak yang negative dan ketika
tingakh laku anak positif dia diminta untuk memujinya dan melanjutkan untuk
bermain. Dengan tenang dan nafas dalam
dia dianjurkan untuk mengontrol stresnya. Pada sesi 6 Sarah telah mengusai
kemampuan kriteri PRIDE dan anak juga telah merubah tingakh lakunya menjadi
tidak nakal lagi ketika CDI selesai. Ini membuat dia lebih nyaman hidup di
rumah tetapi kendalanya adalah hal kepatuhanya John hanya karena perntah
ibunya. Tapi perilaku ini juga tidak
efektif pada beberapa perilaku nakal dari John.
Tahap 2 PCIT : PDI
Tujuan dari PDI bagi orangtua untuk memperoleh dan menunjukkan kemampuan
untuk
menetapkan batas, menjadi konsisten dan adil dalam menerapkan strategi disiplin, dan untuk mengurangi ketidakpatuhan anak.
Dalam mencapai ha ini (a) orang tua
diajarkan untuk memberikan instruksi, (b) mengajarkan menggunakan prosedur yang time
out, (c) membantu menyeimbangkan aturan
rumah tangga serta aturan tingkah laku public serta (d) mengkaji respon tetap pada tingkah laku buruk
anak. Sesi pertama anak, orang tua bersama terapis bersama-sama dalam sebuah
pertemuan dimana anak akan belajar aturan yang baru. Teknik ini biasanya
disebut Mr . Beruang karena menggunakan sebuah beruang yang akan memenuhi atau
tidak memenuhi intruksi. Terapi akn
membiarkan kedekatan dan kebersamaan antara anak dan orang tua sesuai dengan
instruksi yang diberikan. Instruksi
tersebut pendek, langsung dan sopan . Orang tua diajrkan untuk memberikan
intruksi dan melihat kepatuhan anak (dengan mnghitung dari diam sampai lima ),
jika kepatuhan tidak datang aka diberikan instruksi dan pilihan kedua diiukuti
oleh diam sampai lima. Anak tersebut
kemudian diminta untuk duduk di kursi . Jika anak tidak sesuai orang tua
diminta menggunakan bak up dalam waktu yang terbatas. Pujian lulus diberikan pada anak yang
mematuhi dengan langsung. Pujian yang sedang dapat diberikan setelah pilihan
kedua. Pengakuan diberikan setalah
pemenuhan timeout selesai. Setelah
timeout selsai anak masih perlu pengajaran orang tua lebih lanjut.
Penerapan
dalam Kasus:
Sarah
bersemangat dalam melakukan PDI namun dia khawatir terhadap reaksi John dalam
instruksi. Namun, dia memilki pengalaman keberhasilan dalam tahap CDI merupakan
factor untuk menngkatkan ketermpilan orang tua.
Pada fase awal PDI John harus
pergi ke kursi dalam satu sesi . Namun sesi perkembangan, dia belajar bahwa
ibunya akan konsisten menerapkan konsekuensi , frekuensi sampai hingga akhirnya
dia tidak harus pergi ke sebuah kursi time-out. Tantangan terbesar Sarah adalah
untuk mengatasi antisipasinya dari volatilitas John. Terapis sadar bahwa akan sering terlibat
dalam memantau emosional Sarah terhadap perilaku John. Terapis akan memberikan dukungan pada sarah
ketika distress itu muncul. Sebelum memulai sesi terapis akan bertanya pada
Sarah bagaimana mengontrol emosinya . Sepanjang PCIT Sarah menjadi lebih dapat
mengontrol emosinya , sanggup untuk mengalami dan mengelolan ketidaknyamanan
dan mengahadapi perilaku buruk John untuk cara yang positif dan konsisten.
Setelah 7 sesi PDI , Sarah mampu mempertahankan ketrampilan PRIDE dan menerapkan prosedur time out tanpa
pembinaan. Sarah melaporkan John jaranng pergi time out . Penitipan John juga memaparkan perilaku
postif John . Sarah telah memaparkan procedure time out dan mereka menggunakan
versi modifikasi pada seluruh anak dnegan sukses. Sarah juga melaporkan
menggunakna metode ini pad akedua ankanya yang remaja.
Bukti efektivitas PCIT telah ditunjukkan untuk berbagai tingkat dalam
populasi yang beragam. Sebagai contoh, perubahan perilaku anak positif telah didokumentasikan dalam
studi yang dilakukan dengan ibu depresi (Timmer et
al., 2011), untuk anak-anak dengan gangguan bahasa
(Allen & Marshall, 2011), autisme (Solomon, Ono, Timmer, &
Goodlin-Jones, 2008),gangguan intelektual (Bagner & Eyberg, 2007), dan
disesuaikan untuk depresi (Lenze, Pautsch, & Luby, 2011) dan cemas (Pincus et al., 2005) anak-anak. Selain
itu, hasil positif untuk anak-anak dan orang tua mereka juga telah dilaporkan
untuk keluarga beragam budaya (misalnya,
BigFoot & Funderburk, 2011; Leung, Tsang, Heung, & Yiu 2009).
Dalam menanggapi keragaman pelatihan, PCIT Internasional (www.pcit.org) telah menciptakan pedoman (Pedoman Pelatihan PCIT,2009) untuk mendukung pelatihan yang berkualitas tinggi dalam PCIT. Dalam rangka untuk menerima pelatihan PCIT, dokter harus: (1) memegang gelar master atau
yang lebih tinggi di kesehatan
mental (2)menjadi aktif
kerja dengan
anak-anak dan keluarga (3)
menjadi
berlisensi
dalam prakteknya atau menerima pengawasan dari orang berlisensi terlatih dalam PCIT. Sebuah lembaga harus: (1) menyediakan ruang yang sesuai (misalnya, ruang bermain,ruang observasi, ruang waktu) dan peralatan (misalnya, langkah-langkah penilaian, bug-in-the-ear perangkat) untuk PCIT, (2) melayani populasi klien yang sesuai untuk PCIT (misalnya, 2,5-7
tahun dengan
gangguan perilaku ) dan
(3)
mengizinkan
dokter
untuk
ikut
di latihan dan
konsultasi
tanpa
hukuman
untuk
kerugian
. Saat ini, pedoman pelatihan PCIT (2009), memerlukan komitmen dari 1 tahun. Pelatihan terdiri dari 2 pelatihan dydactic
(1 selama seminggu, kedua selama 2 hari) dan pengawasan yang ketat dari pelatih PCIT. Dokter juga harus memenuhi
kompetensi
yang ditentukan,dan
menyelesaikan paling sedikit
2 kasus PCIT.
Daftar Pustaka:
Thomas, R , Amy, D.H .2013.
Parent–Child Interaction Therapy:
A Manualized Intervention For The Therapeutic Child
Welfare Sector. Child Abuse &
Neglect xxx (2013) xxx– xxx retrivaid from http://dx.doi.org/10.1016/j.chiabu.2013.02.003